I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang ilmu perlindungan tanaman,
dibahas jenis-jenis hama dan penyakait tanaman yang tentu saja disebabkan oleh
patogen. Patogen merupakan segala bentuk gangguan pada tanaman yang disebabkan
oleh hama, virus, bakteri, cendawan, dan nematoda. Serangan yang ditimbulkanpun
berbeda. Contoh, nematoda sebagai penyebab penyakit layu pada nanas.
Nematoda merupakan mikroorganisme yang berada
didalam tanah, pada umumnya terdapat pada daerah perakaran tanaman. Untuk dapat
mengamati nematoda, diperlukan langka-langkah tertentu yaitu dengan ekstraksi.
Ekstraksi dilakukan akar nematoda dapat terpisah dari sampah-sampah yang dapat
mengganggu pengamatan.
Oleh sebab itu, pada praktikum kali ini akan
membahas mengenai cara ekstraksi nematoda tanah dan pengenalan nematoda.
1.2 Tujuan
1)
Untuk mengetahui cara ekstraksi nematoda dari tanah.
2)
Untuk mengenal nematoda secara mikroskopis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Nematoda
Nematoda merupakan
organisme yang mempunyai struktur sederhana. Nematoda dewasa tersusun oleh
ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya membentuk sistem reproduksi.
Tubuh nematoda berupa tabung yang disebut sebagai pseudocoelomate. Gerakan
nematoda dalam media air biasanya meliuk-liuk seperti ular. Nematoda dapat
ditemukan di tanah, air tawar, air laut dan di jaringan tanaman dan jaringan
binatang (nematoda parasit binatang). Jenis-jenis nematoda yang ditemukan di
alam dapat bertindak sebagai parasit dan saprofitik.
Nematoda parasitik
biasanya dapat dijumpai di dalam tubuh inang. Nematoda parasitik tanaman dapat
menyerang bagian tanaman sesuai dengan sifat parasitasi nematoda itu sendiri.
Ada yang bersifat ektoparasit, endo parasit ataupun ekto-endo parasit. Bagian
tanaman yang terserang dapat berupa akar, batang, daun, dan bahkan pada bagian
biji. Gejala dan tanda serangan nematoda pada tanaman dapat dilihat pada bagian
tanaman yang berada di atas tanah maupun yang berada di dalam tanah.
Klas nematoda
terdiri dari bebrapa spesies tidak hanya bersifat parasitik terhadap manusia,
namun juga terhadap binatang, tumbuhan baik yang diusahakan maupun liar.
Nematoda memiliki
karakteristik yang berbeda disetiap familinya. Antara lain sebagai berikut:
Deskripsi
karakteristik famili nematoda:
1) Tylenchidae
Kerangka kepala
tidak ada atau kurang berkembang, Stilet kecil. Baik jantan maupun betina
aktif, berupa nematoda berbentuk memanjang. Ovarium tunggal, vulva terletak di
antara pertengahan panjang tubuh dan anus. Ekor nematoda betina meruncing.
Nematoda jantan mempunyai sayap ekor tetapi tidak mencapai ujung ekor. Kelenjar
esofagus berada di dalam basal bulbus sebagian kecil tumpang tindih dengan
usus.
2) Tylenchorhynchidae
Kerangka kepala
lemah sampai sedang. Stilet berkembang dengan basal knob. Kedua jenis kelamin
aktif, berbentuk memanjang dengan panjang 0,8-1,5 mm. Mempunyai dua ovarium.
Vulva terletak di tengah panjang tubuhnya. Ujung ekor betina membulat atau
meruncing. Sayap ekor memanjang sampai ujung ekor. Kelenjar esofagus di dalam
basal bulbus.
3) Pratylenchidae
Kerangka kepala
mengeras dan nampak jelas. Kedua jenis kelamin aktif, tubuhnya memanjang.
Kepada pada dua jenis kelamin rendah, lebar dan membulat atau bagian anterior
mendatar (kecuali pada Radopholus),
lebar kira-kira setengah sampai tiga perlima panjang stilet. Stilet kekar
dengan basal knob besar. Tiga kelenjar esofagus pada lobus bertindihan dengan
usus. mempunyai satu atau dua ovarium. Panjang ekor betina dua kali atau lebih
lebar dari bagian anus. Sayap ekor mencapai ujung ekor.
4) Hoplolaimidae
Kepala tinggi,
membulat konoid atau lebar membulat. Kedua jenis kelamin aktif. Berbentuk
memanjang. Kerangka kepala berkembang baik. Stilet lebar dengan basal knob
nampak jelas. Kelenjar esofagus tumpang tindih dengan usus. Anulasi pada
kutikula terlihat dengan jelas. Mempunyai satu atau dua ovarium. Ekor yang
betina pendek, biasanya kurang dari dua kali lebar tubuh bagian anus. Sayap
ekor meluas sampai ujung ekor.
5) Belonolaimidae
Jantan dan betina
vermiform, anulasi jelas. Kepala berlekuk, kerangka kepala sedang, stilet
silindris dan panjang. Kelenjar esofagus di dalam lobus dan bertindihan dengan
usus. Mempunyai dua ovarium. Ekor yang jantan membulat, paling sedikit dua kali
atau lebih lebar dari tubuh bagian anus. sayap ekor mencapai ujung ekor.
6) Heteroderidae
Tubuh betina
menggelembung (seperti buah per, jeruk), jantan vermiform dan aktif bergerak.
Kerangka kepala betina lembek tidak mengeras sedang yang jantan berkembang
dengan baik. Tidak mempunyai sayap ekor. Pada betina Heterodera dan Globodera
mempunyai kista, sedang pada Meloidogyne tetap lunak. Mempunyai dua buah
ovarium. Vulva terdapat pada bagian ujung belakang tubuh bagian tengah.
7) Criconematidae
Anulasi kutikula
kasar, pada beberapa jenis anulasi berbentuk sisik yang saling tumpang tindih.
Metakorpus besar dan oval menyatu dengan prokorpus. Berupa lembaran seperti
bulan sabit yang memanjang. Isthmus pendek dan ramping. Kelenjar dalam basal
bulbus kecil. Ovarium tunggal, vulva terletak di bagian belakang tubuh. Jenis
kelamin jantan tidak ada atau mengalami degradasi. Pada beberapa jenis memiliki
stilet sangat panjang pada yang betina.
8) Paratylenchidae
Bertubuh kecil,
esofagus seperti Criconematidae. Anulasi halus, tidak memiliki hiasan atau
tumpang tindih. Mempunyai satu ovarium, vulva terletak pada tubuh bagian
belakang. Stilet betina berkembang baik, sedang pada jantan mereduksi.
9) Tylenchulidae
Tubuh betina
seperti kantung atau setengah bola. Esofagus seperti Criconematidae, stiletnya
pendek, pada betina stilet berkembang dengan baik sedang pada yang jantan
mereduksi atau tidak memiliki stilet.
10) Aphelenchoididae
Kelenjar esofagus
dorsal bermuara di dalam metakorpus anterior yaitu pada lembaran yang berbentuk
seperti bulan sabit. Metakorpus besar. Stilet tanpa knob jelas. Mempunyai satu
ovarium. Spikula berbentuk seperti duri. Bidang lateral memiliki takik yang
berjumlah kurang dari enam buah.
11) Longidoridae
Tubuh berukuran
panjang, silindris dan ukuran stilet sangat panjang. Memiliki esofagus dengan
bagian anterior yang berotot panjang dan bagian posterior yang berkelenjar
besar dan pendek.
12) Trichodoridae
Nematoda bertubuh
pendek, lebar dengan kutikula tebal dan melengkung, mempunyai stilet yang
terdiri atas tiga bagian. Bentuk ekor tumpul dan membulat. Kelenjar esofagus
membentuk basal bulbus.
Metode Ekstraksi Nematoda
Ekstraksi nematoda
adalah cara untuk memisahkan nematoda dari jaringan tanaman atau dari gumpalan
tanah. Ekstraksi nematoda dapat dilakukan baik secara sederhana maupun dengan
peralatan sentrifus. Perbedaan cara yang dipilih untuk mengekstraksi nematoda
didasarkan pada tujuan dari ekstraksi itu sendiri.
Beberapa teknik
ekstraksi yang dapat dilakukan adalah metode dekantasi, Baskom, Baermann, Corong
Semprot, Flotasi, Sentrifus, dan ekstraksi nematoda kista.
III. METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
ekstraksi nematoda ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 juni 2013 pukul
13.10
WIB sampai selesai, bertempat
di Laboraturium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ( UNTIRTA ).
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1
Alat-alat praktikum
1)
Gelas jam/gelas piala;
2)
Labu erlenmeyer;
3)
Sprayer;
4)
Cawan petri;
5)
Mikroskop;
6)
Saringan khusus ukuran 500, 300,100, dan 45;
7)
Saringan santan;
8)
Kertas saring;
9)
Baki;
10)
Ember.
3.2.2
Bahan-bahan Praktikum
1)
100 gr tanah sampel;
2)
1000 mL air bersih;
3.3 Cara Kerja
1) Siapkan 1000 mL air
dan 100 gr tanah sampel;
2) Campurkan tanah
dengan air dalam labu erlenmeyer, Aduk hingga homogen;
3) Larutan tanah
disaring menggunakan saringan berukuran 500 (penyaringan pertama);
4) Hasil penyaringan
pertama disaring kembali menggunakan saringan ukuran 300 (penyaringan kedua);
5) Hasil penyaringan
kedua disaring menggunakan saringan ukuran 100 (penyaringan ketiga);
6) Hasil penyaringan
ketiga disaring kembali menggunakan saringan ukuran 45; lakukan 2 kali untuk
mendapatkan 2 suspensi.
7) Bersihkan hasil
sisa dari penyaringan di ukuran 45 dengan menggunakan sprayer dan ambil air
(suspensi) kedalam gelas jam;
8) Susun alat untuk
menjebak nematoda :
a. Lapisi saringan
santan dengan kertas saring;
b. Letakan saringan
yang telah diberi/dilapisi kertas saring di atas nampan.
9)
Tuang larutan suspensi kedalam
saringan santan yang telah dilapisi kertas saring dan dialasi baki kemudian
beri sedikit air pada baki dan biarkan selama 1 x 24 jam.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.3 Hasil
Dari prosedur kerja ekstaksi yang telah
dilakukan, dan hasil ekstraksi diamati dengan mikroskop diperoleh hasil sebagai
berikut :
Nematoda
diamati dengan mikroskop
|
|
1.4 Pembahasan
Nematoda
Ciri morfologi
nematoda:
1) Tubuhnya tidak
bersegmen.
2) Bentuknya silindris
memanjang, kecuali pada beberapa genera yang berjenis kelamin betina.
3) Simetris bilateral.
4) Merupakan binatang
yang mempunyai tiga lapisan (triploblastik) atau terdiri dari tiga lapis
blastula (lapisan ini terbentuk dan berkembang di dalam telur).
5) Mempunyai rongga
tubuh semu.
6) Tubuhnya transparan
(dan tidak berwarna).
7) Memiliki sistem
organ tubuh lengkap, yang berupa sistem pencernaan (memanjang dengan bentuk
esofagus yang bervariasi) sistem ekskresi, sistem syaraf, sistem pengeluaran,
dan sistem reproduksi. Tidak memiliki sistem peredaran darah.
8) Nematoda parasit
tanaman biasanya mempunyai stilet.
Dinding tubuh
nematoda terdiri dari:
1) Kutikula luar
2) Lapisan antara
3) Hipodermis >
mensekresikan kutikula baru (Kutikula: Merupakan bagian dinding tubuh bagian
luar yang berfungsi sebagai pelindung bagian di bawahnya).
4) bagian dalam otot
membujur.
Ekstraksi Nematoda
Dalam tata cara atau prosedur keja mengeksrak
nematoda dari tanah memiliki tujuan tertentu, seperti pada proses pelarutan
tanah menggunakan labu erlenmeyer, hal ini dilakukan agar praktikan dapat
dengan mudah mangaduk larutan sehingga dapat menghasilkan larutan yang homogen.
Penyaringan larutan tanah dengan air yang
telah homogen dilakukan secara berurutan dengan menggunakan saringan khusus
yang memiliki kerapatan/ukuran yang berbeda-beda, yakni ukuran 500, 300, 100,
dan 45. Proses penyaringan yang menggunakan saringan ukuran 500 bertujuan
memisahkan benda-benda yang berukuran cukup besar, seperti kerikil, dan rumput.
Saringan dengan ukuran 300 bertujuan untuk menyaring bongkahan tanah kasar yang
sulit untuk larut. Saringan ukuran 100 bertujuan untuk memisahkan partikel
tanah yang lebih kecil. Dan proses menyaring dengan menggunakan saringan dengan
ukuran 45 bertujuan untuk memisahkan nematoda dari air larutan, sisa yang
tersaring pada saringan ini disebut suspensi, dari suspensi ini nematoda dapat
dipisahkan dari kotoran tanah dengan menggunakan jebakan. Proses penyaringan
dengan saringan ukuran 45 dilakukan 2 kali, hal ini dilakukan karena
diperkirakan masih ada nematoda yang tidak tersaring.
Pada proses terakhir yakni proses penjebakan
nematoda. Jebakan yang digunakan tentu saja berbeda dengan proses penyaringan.
Pada proses ini digunakan saringan santan yang dilapisi kertas kertas saring
digunakan untuk menyaring tanah yang masih terbawa. Saringan diletakkan pada baki dan baki diisi dengan air
secukupnya, hal ini dimaksudkan agar nematoda memiliki media untuk bergerak,
karena nematoda tidak dapat bergerak tanpa ada media.
Nematoda akan turun dari saringan santan ke
baki yang berisi air, pergerakan nematoda ini cukup lambat oleh sebab itu
jebakan didiankan selama 1x24 jam. Setelah 24 jam, air pada baki dituang ke
cawan petri dan diamati dengan mikroskop.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
1.5 Simpulan
Dari praktikum kali ini dapat ditarik kesimpilan
bahwa nematoda merupakan mikroorganisme yang termasuk hama, baik itu pada
manusia, hewan, dan tumbuhan. Nematoda juga memiliki karakteristik yang berbeda
pada setiap familinya.
Nematoda dapat diamati dengan menjalani
metode ekstraksi dan ada bermacam-macan metode ekstraksi yang dapat digunakan,
antara lain metode dekantasi, Baskom,
Baermann, Corong Semprot, Flotasi, Sentrifus, dan ekstraksi nematoda kista.
1.6 Saran
Mempelajari semua metode ekstraksi nematoda
akan sangat diperlukan dalam dunia pertanian karena hal ini dapat dijadikan
untuk menganalisis penyakit yang ditimbulkanoleh nematoda.
DAFTAR PUSTAKA
Djiwanti,
Setyowati Retno, dan Supriadi. 2011. EKOBIOLOGI NEMATODA HAWAR DAUN (Aphelenchoides fragariae)
PADA TANAMAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata). Volume 17 (3) : Halaman 95-100. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor.
Pustikasari, Giasti. 2008. HUBUNGAN STADIA
PERTUMBUHAN TANAMAN DENGAN POPULASI NEMATODA PARASIT DAN KEJADIAN PENYAKIT LAYU
PADA NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.). Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.